Program studi
Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muria Kudus akan mengadakan Program
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jogjakarta
pada 11 - 12 Mei 2010 yang akan datang. Kuliah Kerja Lapangan merupakan program
kuliah yang dilaksanakan di luar kelas dengan melakukan observasi serta pembuatan
laporan hasil observasi yang telah dilaksanakan.
Seperti tahun
sebelumnya, KKL tahun ini memiliki konsep yang sama, yakni mengunjungi beberapa
tempat wisata serta Institusi pendidikan di sekitar Jogjakarta. Konsep yang demikian ini dipilih
tidak lain karena mengigat PBI merupakan
bagian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berporos pada
nilai Pendidikan. Dari tempat wisata serta Institusi pendidikan yang telah
dikunjungi oleh mahasiswa, selanjutnya mahasiswa diharuskan untuk membuat laporan
hasil observasi lapangan sebagai bahan penilaian kuliah. Hal ini bertujuan
untuk memberikan tanggung jawab kepada para peserta KKL, meskipun mereka telah
mengunjungi tempat-tempat wisata sebagai media refreshing mereka.
Tidak dapat
dipungkiri selalu terdapat permasalahan dalam pelaksanaan KKL dari tahun ke
tahun. Permasalahan yang terjadi bisa ketika sebelum pelaksanaan, ketika
pelaksanaan atau bahkan setelah pelaksanaan program KKL. Pokok permasalahan
yang dihadapi pun bermacam-macam, mulai dari fasilitas yang disediakan oleh
pihak travel, transparansi biaya, transparansi pelaksanaan kegiatan serta
permasalahan yang lainnya. Seperti pelaksanaan tahun sebelumnya, pelaksanaan
KKL tahun ini pun menghadapi permasalahan tetapi dengan pokok permasalahan yang
berbeda. Jika tahun lalu pelaksanaan KKL bermasalah dengan fasilitas serta
konsumsi yang diberikan kepada para peserta, untuk pelaksanaan KKL kali ini
yang menjadi pokok permasalahan adalah transparansi biaya serta perincian
pelaksanaan kegiatan KKL. Rabu, tanggal 07 April 2010, koordinator bus KKL yang
terdiri atas 7 orang mengundang seluruh peserta KKL yang telah terdaftar untuk
berdialog bersama membahas permasalahan ini. Yang menjadi inti pembicaraan
adalah tuntutan agar pihak panitia pelaksana program KKL secara terbuka
memberikan rincian biaya serta rincian kegiatan KKL yang akan dilaksanakan.
Dalam dialog terbuka ini, diharapkan seluruh peserta yang hadir dapat
menyalurkan aspirasi serta pendapat mengenai tuntutan tersebut sehingga
pelaksanaan KKL tahun ini benar-benar transparan. Dalam dialog, dibahas
mengenai objek wisata yang akan dikunjungi serta perincian dana dan biaya KKL.
Tidak hanya itu, dalam dialog ini juga dipertanyakan mengenai kemanakah
penggunaan dana Rp. 90.000,- sebagai biaya 2 sks mata kuliah KKL tersebut,
tetapi seorang perwakilan mahasiswa yang juga merupakan jurnalis kampus dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Dijelaskan bahwa,dana yang dimaksud dipergunakan
oleh pihak Universitas untuk melaksanakan administrasi seperti menggaji dosen-dosen
yang berstatus swasta, menydeiakan fasilitas perkuliahan serta fasilitas
tambahan lainnya. Dalam kondisi yang semakin memanas, akhirnya para koordinator
bus menyampaikan tuntutan kepada pihak fakultas, program studi serta
panitia pelaksana KKL agar bersikap transparan dalam perincian
dana dan perincian kegiatan kkl. Para
koordinator bus juga menyampaikan beberapa himbauan kepada para peserta KKL
mengenai beberapa tindakan yang akan diambil jika tuntutan tidak terpenuhi,
antara lain ;1).menunda
pembayaran. 2).menunggu perincian anggaran kegiatan & dana kegiatan KKL. 3).jika
transparansi berupa rincian dana dan kegiatan KKL tidak diberikan maka,
mahasiswa akan memboikot pembayaran dengan menganggap deadline tanggal 20 april
= tidak ada. 4).mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak lain yang terkait
dengan kkl.
Melihat situsai yang
sedemikian ini, di satu sisi ini merupakan sebuah kemajuan pola
pikir bagi para mahasiswa khususnya PBI, tetapi di sisi lain rasanya tidak
perlu mengadakan tuntutan sebesar ini jika yang menjadi pokok permasalahan
hanyalah masalah transparansi dana dan perincian kegiatan. Beberapa solusi
sebenarnya telah muncul dalam forum diskusi ini, tetapi tampak kabur dan tidak
jelas langkah yang diambil karena semua peserta telah terlanjur terpengaruh
oleh satu sudut pandang saja. Seharusnya, sebelum melakukan langkah represif
seperti ini, pihak yang menuntut yakni para koordinator bus dapat mencari
solusi terlebih dahulu, misalnya dengan mengundang pihak travel yang membuat
perencanaan anggaran dan segala akomodasi bagi peserta KKL. Apabila yang
dikhawatirkan adalah saling mencari keuntungan antara pihak fakultas dan biro
perjalanan, maka dengan diskusi dan presentasi pihak biro di depan mahasiswa
akan jauh lebih efektif dan memberikan pemahaman yang lebih jelas kepada
mahasiswa mengenai perincian dana dan transparansi kegiatan yang akan
dilaksanakan. Jika nantinya fakta mengatakan bahwa dalam presentasi biro
perjalanan tersebut terdapat permasalahan, maka pihak-pihak terkait yang merasa
dirugikan dapat melakukan langkah represif, misalnya dengan membatalkan kontrak
kerja dengan biro perjalanan tersebut dan menggantinya dengan biro perjalanan
yang lebih baik. Pembelajran yang baik bagi kita semua, selaku civitas
akademika dan mahasiswa yang sedang mengembangkan diri dan pola pikir kita.
Download Complete Assignment
0 komentar:
Posting Komentar